Pemasaran adalah salah satu aspek vital dalam bisnis. Sebaik apapun produk yang diproduksi, jika perusahaan tidak bisa meyakinkan calon pembeli untuk membeli, maka produk tersebut akan kurang baik penjualannya. Bahkan sebaliknya, jika produknya kurang baik, namun mampu meyakinkan calon pembeli untuk membeli produk Anda, maka dapat menjadi keuntungan. Semakin lama, teknik pemasaran semakin beragam dan kreatif.

Teori psikologi warna, dikaitkan dengan branding dan marketing adalah hal yang memang paling menarik untuk dibicarakan sebagai suatu strategi bisnis. Tetapi teori ini juga termasuk paling kontroversial. Beberapa orang mungkin mengabaikannya, sementara yang lain mengagung-agungkannya.

Untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi fenomena tersebut, mari kita simak beberapa kesalahpahaman publik terhadap teori satu ini!

Miskonsepsi Seputar Psikologi Warna

Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan oleh  US National Library of Medicine National Institutes of Health, kita mengetahui bahwa ada kemungkinan warna memang berdampak pada sikap kita karena adanya preferensi pribadi, pengalaman, pendidikan, perbedaan budaya, dan konteks lainnya yang cukup kompleks.

Jadi, kalau orang bilang warna kuning atau ungu mampu membangkitkan semacam emosi tertentu dan membuat pasar menyukai brand bisnis Anda, hal ini dapat dibilang sama tidak pastinya dengan ramalan telapak tangan atau horoskop.

Tetapi, jangan langsung anti terhadap teori atau konsep satu ini. Mengapa? Sebab masih banyak yang harus Anda pelajari dan pertimbangkan. Jawaban yang konkret memang bukan jaminan apakah sebuah teori bisa diterapkan atau tidak.

Memang ilmu yang memelajari psikologi manusia cukup abstrak untuk diuraikan ke dalam variabel variabel rinci. Kuncinya adalah mencari cara paling praktis untuk membuat keputusan Anda untuk menggunakan warna dalam branding maupun marketing bisnis Anda.

Manfaat Psikologi Warna untuk Bisnis

Menurut seorang pakar bisnis digital Neil Patel, banyak pelaku bisnis dengan brand top yang secara terus-menerus meningkatkan pengetahuan mereka terkait dengan hal psikologi warna ini. Mengapa bisa begitu? Hal ini karena warna dapat berdampak pada peningkatan penjualan atau sales Anda.

Sebelum Anda lebih jauh lagi mempelajari tentang psikologi warna ini, Anda perlu mengetahui bahwa teori ini tidak berarti Anda memanipulasi customer atau pelanggan Anda agar mereka mau membeli apa yang sebenarnya tidak mereka perlukan.

Sebaliknya, justru dengan memilih warna yang tepat, Anda bisa mendapat keuntungan yang lebih dibandingkan dengan kompetitor bisnis Anda.

Penerapan teori ini juga bisa memberikan kesempatan bagi Anda dalam menyampaikan pesan secara efektif dan memenuhi kebutuhan audiens/pasar Anda. Sebenarnya yang paling utama adalah Anda bisa meningkatkan branding bisnis Anda.

Secara praktis, klasifikasi warna terkait branding dan marketing dapat dibagi menjadi seperti infografik berikut ini!

Warna Kuning

Jika Anda memilih menggunakan warna kuning atau background kuning, customer Anda akan mendapatkan kesan branding yang hangat. Bila Anda bergerak di bidang bisnis yang membutuhkan dukungan komunitas kuat, Anda dapat menggunakan warna ini pada brand Anda. Misalnya juga pada pewarnaan merchandise Anda bagi customer.

Warna Jingga

Antusiasme dan kesan menonjol adalah dampak pemilihan warna satu ini. Jika Anda ingin produk atau jasa Anda mencuri perhatian orang-orang, Anda bisa memilih warna jingga.

Warna Merah

Merah merupakan salah satu warna yang sangat kuat. Anda mungkin akan menimbulkan kesan berani dan mungkin juga cenderung ambisius jika memilih warna ini.

Jika memang pesan branding yang ingin Anda sampaikan adalah sesuatu yang berbeda dan menggugah semangat, Anda bisa pakai warna satu ini.

Coca Cola adalah salah satu contoh sukses penggunaan psikologi warna merah ini dalam branding. Masih ingat lagu di iklannya yang ditayangkan di media-media Indonesia berjudul “Buka Semangat Baru”? Pesan atau tagline Coca Cola benar-benar pas dengan strategi psikologi warna yang dijalankannya.

Warna Ungu

Ingin memacu daya imajinasi customer Anda? Coba gunakan warna ungu. Selain memacu imajinasi, warna ini bisa menimbulkan kesan kreatif.

Inilah mengapa, bila Anda perhatikan infografik yang kami bagikan di atas, brand-brand yang terlibat di bidang entertainment-lah yang memakainya. Apa saja? Seperti salah satu stasiun televisi Syfy atau produsen boneka Barbie.

Warna Biru

Biru biasa dipakai oleh brand-brand besar yang bergerak di bisnis teknologi atau kimia. Tentunya hal ini bukan tanpa alasan. Warna biru memberi kesan kuat dan dapat dipercaya. Kami juga menggunakan warna biru dalam membuat branding kami untuk menunjukkan bahwa kami merupakan provider hosting aman dan dapat diandalkan.

Warna Hijau

Warna yang satu ini sangat dekat dengan kesan terus bertumbuh/berkembang. Selain itu, hijau juga bisa kasih kesan tenang dan damai pada penerima pesan visualnya.

Biasanya, hijau dipakai untuk organisasi-organisasi non profit yang bergerak di bidang penyelamatan lingkungan, semacam Greenpeace. Atau, bisa juga dipakai saluran televisi/media semacam Animal Planet di luar negeri.

Warna Monokrom

Warna abu, hitam, atau putih termasuk kedalam golongan warna monokrom. Secara teknis memang hitam dan putih ini tidak termasuk warna. Hitam merupakan ketiadaan warna, sedangkan putih sendiri adalah hasil kombinasi dari semua warna yang ada.

Namun, jika Anda mau menggunakannya menjadi pilihan warna, Anda masih bisa memberikan kesan tertentu terkait branding Anda. Profesionalitas, kredibilitas dan ketenangan adalah dampaknya. Perusahaan-perusahaan otomotif atau juga teknologi, biasa memanfaatkan warna monokromatik ini.

Tips Pilihan Warna untuk Branding

Suatu brand memang kadang-kadang punya lebih dari satu karakteristik sehingga menggunakan kombinasi beberapa warna dalam brand-nya. Untuk ini, Anda dapat menggunakan teknik berikut!

Hingga kini terdapat dua studi pada kombinasi warna terkait teori ini. Ada yang mengukur respons estetika, ada juga yang melihat preferensi konsumen.

Namun, dari kedua teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa sementara sebagian besar konsumen lebih memilih pola warna dengan warna yang sejenis, sebagian lainnya justru lebih suka palet dengan aksen warna yang sangat kontras satu sama lainnya.

Ingat, tujuan Anda adalah membuat pesan visual Anda ini sampai pada orang banyak dengan efektif. Jika pesan Anda sampai dengan efektif, Anda bisa mendorong konversi sehingga customer mau bertindak lebih jauh yaitu melakukan transaksi atau membeli produk maupun jasa Anda. Atau, bagi kepentingan branding, mungkin tujuan Anda tak sampai pada sales, hanya agar diingat oleh publik dengan value yang Anda punya.