Hari Kartini, Menlu Retno Marsudi Bicara Stereotip Perempuan Berpendidikan Tinggi
Kesetaraan gender jadi salah satu isu yang erat kaitannya dengan peringatan Hari Kartini. Isu ini acap kali membahas akses seluas mungkin bagi para perempuan, termasuk dalam dunia pendidikan.
Sayang, stereotip perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi masih lekat, walau perlahan berganti dengan pemikiran lebih inklusif. Terlebih, banyak tokoh angkat bicara soal ketidakbenaran anggapan tersebut.
Salah satunya adalah Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi. Argumentasinya merujuk pda era 1879–1904, di mana sudah ada perempuan hebat, Raden Ajeng Kartini, yang menegaskan bahwa pendidikan bagi perempuan itu penting.
“Kita sebagai kaum perempuan justru harus membuktikan bahwa pendidikan penting sekali buat kita dan kita juga harus diberikan ruang yang setara untuk mengejar mimpi kita,” kata Retno
Lebih lanjut Retno menjelaskan, dalam perjalanan pendidikanya, ada banyak orang beropini, “Jangan Kepintaran” atau “Ngapain sekolah tinggi nanti ujung-ujungnya tidak akan kepakai.”
“Itu membuat saya merasa sedih atau terkadang insecure juga. Memang benar ya kalau sekolahnya ketinggian katanya nanti pria takut atau nanti jadi susah nyari pasangan,” kata Retno.
Dalam kesempatan itu, Menlu Retno berpesan, terutama bagi kaum perempuan. Ia mengatakan, ada tiga kata yang menentukan masa depan yaitu “jangan pernah menyerah.”
“Karena dalam perjalanan hidup, kita akan jatuh-bangun, kalau toh belum berhasil saat ini mungkin kita akan berhasil besok atau lusa, tapi jangan pernah menyerah. Apabila kita menyerah maka itu adalah akhir dari perjalanan hidup kita,” pesan Retno.
Kesetaraan dan pemperdayaan perempuan itu adalah team work. Jadi, mulai dari diri sendiri harus mau memperjuangkan apa yang harus dihadapi, termasuk kesetaraan
“Aku sebagai perempuan yang senang belajar dan mau menggapai pendidikan magister, nantinya ingin berkarier di dunia yang memiliki ekspektasi yang cukup banyak waktu, dan itu jadi memotivasi diri aku sendiri,” pesan Retno.